Jumat, 12 Juni 2009

Kamasan, Desa Pengerajin Emas Di Bali

Kamasan, yakni Desa Pengerajin Emas Di Bali

BALI - Ketika kita berwisata ke Kabupaten Klungkung Bali , melewati sebuah desa , pemandangan yang asri, kiri dan kanan jalan, papan-papan nama pengerajin emas dan perak terpampang di setiap pingiran jalan. Desa Kamasan , sebuah desa yang berjarak 20 Kilometer dari Denpasar. Sebagian besar warga desa ini menyambung hidup sebagai pengrajin emas dan perak.

Toko-toko emas yang ada dikawasan Denpasar sebagian besar mendapat pasokan dari desa ini, tak heran jika desa Kamasan sangat terkenal sebagai desa pengerajin emas di Bali.

Di desa Kamasan terdapat sebuah Banjar yang namanya Banjar Pande Mas ,kalau diartikan adalah tukang emas. Dilihat dari arsitektur bangunanya sepertinya bergaya tahun 70an. Ini menandakan banjar tersebut mempunyai nilai sejarah yang panjang ,dan bisa dipastikan pekerjaan yang mereka lakoni sudah turun temurun.

Di depan Banjar Pande Mas ada sebuah toko kecil yang menjual berbagai jenis kembang emas, bokor, dulang perak dan berbagai macam peralatan hias pengantin dari emas.
Sementara di belakang toko ada sebuah bengkel , terlihat orang paruh baya sedang asyik dengan pukulan palu. Ia adalah Nyoman Mudiarka, ia bersama seorang tukangnya sedang mengerjakan pesanan kembang emas dan perak dari pelanggannya.

Ketika dilihat cara pengerjaan dari proses awal, memang sangat rumit, memerlukan ketelitian dan kesabaran . Mula -mula emas batangan di campur dengan tembaga , di masukan kedalam sebuah keramik , lalu di panaskan degan kompor berbahan bakar bensin, setelah mencair dituang ke dalam cetakan. Selesai di cetak di bawa ke tempat pemukulan. Di pukul sampai gepeng , dipukul berkali-kali , lalu dipanaskan dengan arang. Ini di lakukan berulang -ulang supaya bahan menjadi tipis seperti daun.

Proses selanjutnya lembaran-lembaran emas yang sudah tipis dipanaskan beberapa detik lalu di celupkan ke dalam cairan asam klorida.Tampak perubahan warna pada bahan tadi. Ini merupakan proses pemanasan terakhir , kemudian lembaran emas di cuci dengan air. Untuk selanjutnya lembaran emas di sangling (di gosok dengan alat khusus). Satu lembar emas di sangling selama lima menit. Terlihat perubahan warna setelah di sangling , terlihat warna emas asli. Sekarang lembaran emas tadi siap di bentuk menjadi berbagai motif kembang , selanjutnya emas siap di jual.

Menurut penuturan Wayan Murdiarka, ia menekuni usaha ini berawal dari ikut orang sebagai buruh kerajinan perak ,kemudian belajar sebagai pengerajin emas dari kakaknya, hingga setelah menikah membuka usaha sendiri. Pada awalnya ia mempunyai dua orang tukang ,setelah berkembang tahun 90an , pesanan meningkat, ia sampai mempunyai lima belas karyawan. Ini adalah puncak jayanya usaha saya ,"ungkap Mudiarka.
Namun semenjak Bom Bali I dan II usaha saya mengalami penurunan drastis , sekarang tinggal satu karyawan . Tapi saya juga dibantu oleh anak dan menantu . Hasilnya cukup untuk menopang hidup," ujar Made Mudiarka.

Dengan menekuni usaha sebagai pengerajin emas dan perak, Made mudiarka ingin mewariskan usaha nya kepada anak tertuanya, yang selama ini membantunya . Ia juga berharap krisis ekonomi segera berakhir, supaya usaha yang dirintisnya kelak bisa lancar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar