Selasa, 28 Juli 2009

Garuda Wisnu Kencana

Garuda Wisnu Kencana adalah salah satu tempat obyek wisata di Bali dan salah satu terindah dibali, yang sangat menawan, menarik.

Terletak diatas dataraan tinggi batu kapur padas dan menatap kawasan wisata dipesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park adalah jendela seni dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar belakang alami serta panorama yang sangat mengagumkan. Dengan jarak tempuh 15 menit dari Pelabuhan Udara dan kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK menjadi salah satu tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan konferensi ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual

Kawasan seluas 250 hektar ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat pertunjukan serta berbagai layanan tata boga. Sebagaimana istana-istana Bali pada jaman dahulu, pengunjung GW K akan menyaksikan kemegahan monumental dan kekhusukan spiritual yang mana kesemuanya disempurnakan dengan sentuhan modern dengan fasilitas dan pelayanan yang tepat guna. Kendatipun anda datang sebagai bagian dari ribuan pengunjung sebuah event kebudayaan ataupun seorang diri untuk menikmati sekedar hidangan ringan dan minuman sembari menyaksikan matahari terbenam, anda akan merasakan keindahan alam dan budaya Bali serta keramah-tamahan penduduknya.

PERWUJUDAN MODERN SEBUAH TRADISI KUNO
Wisnu - Simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang mendominasi kawasan ini. Diwujudkan sebagai patung berukuran raksasa terbuat dari kuningan dan tembaga dengan ketinggian mencapai 22 meter, menjadikan figur ini sebagai perwujudan modern sebuah kebudayaan dan tradisi kuno. Wujud yang menyertainya adalah Garuda - seekor burung besar yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih.

Gapura Batu - beberapa buah pilar batu cadas alami setinggi 25 meter yang berdiri kokoh yang akan ditatah dengan berbagai ornamen yang diambil dari kisah dramatis Ramayana yang menjadi sumber inspirasi seni pertunjukan Bali. Pahatan ukiran latar belakang relief bercorak seni pahat pewayangan (Kayon atau Gunungan) yang sangat khas Bali dan Jawa
SEBUAH LOKASI KUNJUNGAN SPIRITUAL
Berdekatan dengan patung Dewa Wisnu terdapat Parahyangan Somaka Giri, sebuah mata air keramat darimana mengalir air yang dengan kandungan mineral-mineral utama. Keberadaan air di puncak bukit kapur padas ini memang merupakan sebuah keajaiban dan belum dapat dijelaskan dengan ilmiah, sehingga menjadikannya tempat kunjungan spiritual dan meditasi.


Air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan telah dipergunakan luas dikalangan penduduk setempat dalam upacara memohon hujan guna mendapatkan panen yang baik. Keberadaan Parahyangan Somaka Giri sangat menggugah naluri seseorang dalam mencari pencerahan pikiran, lahir dan batin
TEMPAT UNTUK BERBAGAI KESEMPATAN
Dengan curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk dapat menikmati hembusan angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi sangat ideal. Amphitheatre dengan kapasitas 800 tempat duduk dan tatanan acoustic kelas satu, merupakan tempat yang tak tertandingi untuk pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelilingi pilar-pilar batu cadas serta latar belakang patung kepala Burung Garuda menjadikan areal berkapasitas 7500 orang ini sangat dramatis untuk berbagai perhelatan akbar. Sebagaimana arena upacara desa-desa di Bali, Street Theatre merupakan tempat yang sangat tepat untuk berbagai prosesi, fashion show dan berbagai pertunjukan bergerak. Tempat untuk beramah-tamah yang ideal adalah Plaza Kura-kura, yang memiliki kapasitas sampai 200 orang. Sebagai tambahan, yang terbuka untuk umum, Exhibition Gallery yang memiliki luas 200m2 terdapat 10m2 halaman terbuka di dalamnya.

Kalo ke Bali wajib berkunjung kesini... Ya...!!!!!!!!!

Jumat, 24 Juli 2009

Margarana

Margarana adalah taman makan pahlawan untuk menghormati jasa pahlawan kemerdekaan yang gugur dalam perang puputan, 20 November 1946. Dalam perang sengit yang tak berimbang itu pasukan laskar Bali yang dipimpin oleh Letkol I Gusti Ngurah Rai, semuanya gugur akibat gempuran udara yang dahsyat oleh tentara Belanda. Sebagai penghormatan, abu jenazah I Gusti Ngurah Rai beserta segenap pasukannya yang gugur di dalam pertempuran tersebut ditanam di sini.
Di Candi Pahlawan ini kamu dapat menyaksikan beberapa prasasti yang merupakan salinan surat dari I Gusti Ngurah Rai yang tak mau berkompromi apalagi tunduk pada Belanda. Dan masih banya juga candi yang lain disa ada kira - kira ribuan candi. Karena pasukan I bawah komando Ngurah Rai tersebut bernama pasukan Ciung Wanara, taman makam pahlawan ini pun dikenal dengan nama Taman Makam Pahlawan Ciung Wanara.
Taman ini terletak sekitar 25 kilometer dari Denpasar atau sekitar 13 kilometer dari Tabanan.
Kalau liburan Juga tempat ini dijadikan Obyek untuk rekreasi keluarga atau bagi para muda mudi untuk pacaran,,

Pura Uluwatu, Pecatu

Pura Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura.

Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang erat kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan. Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada hari-hari piodalan-nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura Kulat jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.

Pura Uluwatu juga menjadi terkenal karena tepat di bawahnya adalah pantai Pecatu yang sering kali digunakan sebagai tempat untuk olahraga surfing bahkan event internasional, tempat - tempat syuting, seringkali diadakan di Bali. Ombak pantai ini terkenal amat cocok untuk dijadikan tempat surfing selain keindahan alam Bali yang memang amat cantik. Pokoknya indah banget rugi jika anda tidak berkunjung ke Uluwatu

Kamis, 23 Juli 2009

Lapangan renon


Museum Renon atau bisa disebut Museum Perjuangan Rakyat Bali adalah tempat wisata pertama kali yang saya kunjungi ketika tiba di Bali. Monumen ini di dirikan pada tahun 1980 yakni dari ide Dr. Ida Bagus Mantra yang mana saat itu adalah Gubernur Bali. Ide itu di keluarkan tentang museum dan monumen untuk perjuangan rakyat Bali. Lalu pada tahun 1981 diadakan sayembara desain monumen di dimenangkan oleh Ida Bagus Yadnya, mahasiswa arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Lalu pada tahun 1988 merupakan peletakan batu pertama dan baru selesai kurang lebih 13 tahun pembangunan monumen selesai. Tahun 2001, bangunan fisik monumen telah selesai. kemudian pengisian dan penataan lingkungan monumen dilakukan. Dan dibuka secara umum pada bulan Juni 2003 dilakukan oleh Presiden RI yakni Ibu Megawati Soekarnoputri.

Rabu, 22 Juli 2009

Jatiluwih



Terletak di daerah Penebel, Tabanan, Bali, Jatiluwih terkenal dengan panorama persawahannya. Jatiluwih merupakan daerah yang berdekatan dengan Gunung Batukaru dan terletak pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Anda akan menikmati udara sejuk saat berada disini.

Kamis, 16 Juli 2009

SOBEK, White Water Rafting



Sobek's white water rafting trip down the Ayung River is one of Ball's most spectacular tours. The fast-flowing Ayung River carves its way through soft volcanic rock to produce a narrow, deep-sided thrilling course. We journey throughvine-hung gorges, tranquil rice-paddies and stunning jungle scenery while observing rural Balinese life from the river.

Rabu, 15 Juli 2009

Pariwista - tampak Siring


Pura Tirta Empul adalah bait tampak Siring, dibangun di sekitar mata air suci. Tampak Siring adalah sebuah prasasti yang tanggal spring all the way back to 926AD; dan ada ukiran dan denda Garudas di halaman gedung. Bait dan dua tempat mandi yang telah digunakan oleh Bali selama lebih dari seribu tahun yang baik untuk kesehatan dan kesejahteraan; sebagai air benar-benar tidak mempunyai kuasa untuk menyembuhkan. Upacara pemurnian biasa juga terjadi di sini.

Sedikit keluar dari jalan utama di Gunung Kawi Tampak siring adalah dengan grup besar batu kenangan potong menjadi salah satu tebing di pinggir lembah sungai yang indah. Hal ini diyakini dari tanggal 11th century; Bali adalah salah satu yang paling mengesankan pemandangan. Tampak Siring seniman menghasilkan ajaib tulang dan ukiran gading. Kedua situs setiap hari. Oleh transportasi umum dari Ubud, melihat bemo utara ke Tampaksiring dari persimpangan di Bedulu yang tenggara dari Ubud.
Arkeologi yang terletak di kompleks gorge dari Sungai Pakerisan. Untuk mencapai kompleks pengunjung harus berjalan kaki sekitar 600 meter dari parkir ke counter tiket dari berjalan di bawah 315 batu langkah. Sebelum mengambil lintas di jembatan di bagian bawah lembah membuat berbelok ke kiri untuk melihat batu pertama monumen. Rombongan batu Monumen ini terletak di sebelah kiri candi utama yang melintasi sungai.



Monumen yang ada yg dipotong di relief yang solid pada umumnya disebut bukit batu candi (candi). Ada berbentuk seperti menara pengebumian ditemukan di seluruh Tengah dan Jawa Timur. Namun, ada banyak teori dari pemberitaan identitas kerajaan personages terhormat di sini. Satu teori sangat kredibel menunjukkan lima candi utama di grup ini dibangun untuk Raja Udayana, maka Jawa queen Gunapriya, maka gundik, anak tertua ia amat terkenal Airlangga yang memerintah atas Jawa Timur, dan putra bungsu Anak Wungsu. Bali selama memerintah dari 1050 ke 1077 AD, Anak Wungsu diyakini telah diberikan atas kerajaannya menjadi agama pertapa.

Di sebelah kanan dari ansambel utama dari candi yang menyendiri dengan lima sel diukir dari batu. Beranda narapidana yang paling mungkin adalah caretaker dari candi. There's a kedua pertapaan dekat biara utama, yang terdiri dari sekitar niches sebuah pusat halaman, mungkin ada yang bertugas sebagai tempat tidur untuk mengunjungi peziarah. Untuk mendapatkan ini menjadi bagian dari candi pengunjung harus mengambil dari mereka sepatu. J mondar utara kompleks candi yang singkat dapat berjalan baik di sepanjang sawah dan aliran sungai. Path yang mengarah ke air terjun kecil setelah 800 meter dan sekitar 1,5 kilometer ke Candi Mengening.

Minggu, 12 Juli 2009

Gajah Cave (Gua Gajah)



The name Goa Gajah derived from 'Lawa Gajah', which is mentioned in the manuscripts that found in this site. This temple complex was built for the first time around 11 century based on epigraph found in this site.
A seven-meters deep cave with a shape of T-letter is the major attraction of this Bedulu village's local temple. The cave it self is carved in a solid stone hill of the river valley. The main figure of the carving at the cave entrance is 'boma', a barong face, accompanied with big clapping fingers on its side. Leaf, flower, and some horror figures can be noticed if we give more attention look to the rest of the carving. Some holes that are considered to be used as meditation or sleeping quarters can be found in the wall of the cave. Nowadays, those holes are used to place offerings whenever there is ceremonies taking place. On the left end side of the cave is Ganesha statue, believe it as 'the God of knowledge'. Meanwhile on the right end side can be found three 'linggas', that each of them dedicated to the three common God manifestations in Bali, Brahma, Wisnu, and Siwa. There are other three stone carvings in the centre wall, one of them figuring head and face.
Three other statues of Ganesha, demons and Men Brayut, a legendary lady with her beloved children, are placed on a high building located on the left side of cave entrance. It is considered that these statues are 1000 years old. In the middle of the complex, in front of the cave, there is bathing place that is not any longer used by the local people. The angle figures within the bathing complex are about similar to common figures found in India. On the south part of the complex, there are along flight of step leads down the lower part of the valley. After crossing a bridge above a small creek and follow another flight of steps up to eastern side of the valley, a headless sitting Buddha statue can be seen. This is the evident of a close relationship between the two religions.
where tourism, cave tourism elephant

Rabu, 08 Juli 2009

Pariwisata Ubud, surga belanja


Ubud sudah terkenal sejak jaman dahulu, kira kira sejak tahun 1920an. Ketika artis, componist dan orang orang terpelajar dari barat ( luar negeri ) datang untuk mencari kenikmatan hidup.

Ubud terkenal dengan lukisannya, patung – patung, kerajinan tangan, gambelan ( traditional musik ) dan tariannya. Banyak lukisan menggambarkan tentang bali yang bias di dapat di gallery gallery kecil di seputaran ubud, dan ada juga museum seperti Neka art Museum, Lempad Gallery, Museum Puri lukisan dan Antonio Blanco Gallery.

Untuk Gambelan, alat musik tradisional dan tarian bali bisa di temukan di sanggar sanggar seni seperti “ Sekehe Gong Sadya Budaya “ atau organisasi organisasi musik tradisional yang biasanya pentas ke luar negeri seperti Eropa dan Negara – Negara Asia. Memprioritaskan keabadian seni utamaya pertunjukan seni dan kegiata ritual. Untuk mencapai sukses yang estetis Sadha Budaya melanjutkan pengembangannya dengan memperluas kemampuan dalam memaninkan gambelan.

Di ubud bisa dijumpai banyak hotel hotel mewah dan seni juga hotel hotel kelas ekonomi. Ubud juga disebut sebagai desa wisatawan mancanegara. Ubud juga lengkap dengan biro biro inforasi wisata. Juga banyak tempat tempat wisata seperti monkey forest dan lain lainnya. Yang merupakan sifat dari orang orang di Ubud yang selalu menerima baik setiap wisatawan yang datang ke ubud.

Ubud dikenal sebagai pusat budaya Bali, tempat ini telah menarik perhatian wisatawan yang terpesona dengan kebudayaan Bali sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, dimana seniman, komponis dan sarjana barat datang mencipta dan mengadakan riset sambil menikmati kebahagian hidup di Ubud.

Ubud terkenal akan seni lukisnya, seni patung, seni tabuh dan juga seni tarinya, namun selain berbagai obyek wisata yang terdapat di dalam kota. Ubud juga memiliki pura, peninggalan purbakala dan pusat kerajinan tangan yang menarik untuk dikunjungi yang terdapat di sekitar kota.

Pusat kota terdapat pada persimpangan dimana pasar dan terminal angkutan umum bertemu. Setiap minggu di Ubud dipentaskan berbagai pertunjukan kesenian tradisional seperti tarian Kecak,Legong, Barong, Mahabarata,Ramayana, Wayang Kulit dan Musik Gamelan.

Didaerah ini banyak terdapat hotel mewah, artistik dan akomodasi sederhana yang diminati wisatawan, malahan Ubud sering mendapat sebutan sebagai “ Desa Wisata”

Pariwisata Monkey Forest Ubud

Pariwisata Monkey Forest Ubud


Terletak diantara Desa Padang Tegal dan Nyuh Kuning, Ubud, Gianyar, tepatnya 26 km dari Kota Denpasar, terdapat sebuah hutan kecil yang dihuni oleh ratusan Kera Bali yang cukup jinak dan dapat diajak bermain – main disaat para wisatawan menikmati liburan di kawasan Wisata Ubud, Gianyar Bali.
Selain sebagai habitat kera Bali, hutan tersebut juga merupakan Kuburan Desa, dan juga terdapat sebuah pura di dalamnya. Jadi sangatlah lengkap bila para wisatawan mendatangi tempat ini, maksudnya selain bermain dengan kera, wisatawan juga dapat melihat kuburan Bali dan pura dengan arsitektur Balinya. Dan bila tepat waktu sesekali dapat menyaksikan lengkap dengan upacara di pura (odalan) maupun upacara pembakaran mayat (ngaben).

Satu hal penting yaitu tidak mengganggu habitat monyet dan kita harus menyadarinya sebagi tamu di sana. Dan harus tetap berjalan di jalan yang aman.. monyet monyet akan menjadi sangat agresif apabila kita memasuki dan mengganggu wilayah mereka. Jangan sekali kali pernah mengganggu monyet monyet di sana apapun alasannya. Jika anda ingin memberikan makanan lakukan dengan hati hati dan jangan sekali kali menariknya lagi. Kita harus tetap menjaga kelestarian alam dan binatang di sana.

Daerah ini adalah daerah keramat dan terdapat peninggalan purbakala di dalamnya. Cobalah untuk meikmati keindahan dan keajaiban tempat ini dan di waktu yang sama kita juga tetap menjaga dan menghargai kehidupan di dalamnya.
Kawasan ini berada di jalan utama kota Ubud mengarah kearah selatan berada di kaki sebuah bukit, dihuni oleh sejumlah kera yang selalu menunggu makanan yang akan diberikan pengunjung, kera-kera ini kadang-kadang marah jika pengunjung tidak memberikan apa-apa kepada mereka. Hutan seluas 8 hektar ini adalah salah satu pusat penangkaran monyet di Bali. Jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan dan suara alam menyertai perjalanan mengelilingi hutan kecil ini selama 30 menit. Selain segerombolan monyet lucu yang berjalan, bergelantungan dan bermain di sepanjang jalan setapak, Anda juga dapat mengunjungi Pura Dalem Agung dan Pura Permandian Suci dengan 3 konsep pura. Pertama adalah Utama Mandala, yaitu tempat permandian para dewa. Pura kedua adalah Madia Mandala, di mana terdapat sebuah kolam suci.
Dan yang ketiga adalah Nista Mandala sebagai tempat permandian untuk umum. Sekedar mengingatkan, monyet-monyet di sini hanya bersahabat bila tidak diganggu. Berhati-hatilah jika memberi makanan dan jangan memakai aksesori. Tempat ini dengan mudah dicapai dengan menyusuri Jalan Monkey Forest di Ubud atau cukup dengan berjalan kaki hanya sekitar 15 menit dari Jalan Raya Ubud,

Tarif masuk ke sanctuary ini adalah Rp. 10.000, untuk dewasa dan Rp. 5.000; untuk anak-anak.

Selasa, 07 Juli 2009

Pariwisata Dolpin di Lovina

Dolpin di Lovina

Keindahan, Lovina merupakan tempat wisata paling terkenal di Bali Utara. Kawasan wisata ini meliputi dua kecamatan yaitu Desa Pemaron, Desa Tukadmungga, Desa Anturan dan Desa Kalibukbuk yang masuk Kecamatan Buleleng sedangkan Desa Kaliasem dan Desa Temukus masuk Kecamatan Banjar. Keduanya masuk wilayah Kabupaten Buleleng. Desa yang terletak paling Timur yaitu Desa Pemaron berjarak sekitar 5 km barat Singaraja dan desa paling barat yaitu Desa Temukus sekitar 12 km dari Singaraja. Pusat kawasan Lovina terletak 10 km dari Kota Singaraja atau sekitar 210 dari Denpasar.

Untuk menuju Lovina dari Denpasar ada beberapa jalur alternatf yaitu jalur Denpasar - Bedugul - Singaraja-Lovina, jalur Denpasar-Bedugul-Seririt-Lovina, atau Denpasar-Gilimanuk-Lovina. Dua jalur pertama perlu waktu sekitar dua jam dengan jalan naik turun melewati daerah dingin, Bedugul. Sedangkan jalur Gilimanuk perlu waktu dua kali lipat dari jalur melewati Bedugul. Jalur terakhir bisajadi pilihan jika Anda tidak ingin melewati jalur berkelok-kelok dan naik turun yang bagi sebagian orang membuat mabuk darat.

Daya tarik berwisata Lovina adalah pantai dengan air laut biru dan tenang. Pasir di tempat ini berwarna kehitam-hitaman sehingga mungkin tidak pas untuk berjemur. Namun karena ombaknya yang tenang, kita bisa berenang di pinggir pantai atau sekadar berendam. Selesai berenang atau berendam, kita berbaring di kursi tidur yang disediakan hotel-hotel di dekat pantai. Atau kalau toh tidak ada kursi tidur, kita bisa saja hanya duduk di atas pasir di bawah rimbun pohon. Sepanjang pantai sekitar 2 km yang membujur arah timur barat ini memang terdapat berbagai tanaman seperti ketapang dan waru sehingga kita bisa berteduh di bawah pohon tersebut.

Hal yang paling membuat Lovina dikenal adalah atraksi wisata melihat lumba-lumba (Orcaella breviroustris) di laut kawasan Lovina. Ikan berwarna hitam kecoklatan ini setiap pagi dan sore berloncatan di lepas pantai Lovina sekitar 2 km dari daratan. Atraksi ini bisa dikatakan paling menarik karena tiap pagi, dan kadang-kadang sore, ratusan turis berlomba mendekati binatang mamalia laut tersebut. Untuk bisa menikmatinya, kita harus membayar Rp 30.000 per orang. Kita bisa tanya ke hotel tempat kita menginap atau langsung datang ke pantai esok pagi karena ada beberapa orang yang siap memandu Anda.

Untuk bisa menikmati lumba-lumba dengan leluasa, sebaiknya Anda bangun sekitar pukul 05.45 wita. Sebab, perahu yang akan membawa kita mengejar lumba-lumba biasanya berangkat pukul 06.00 wita. Pada jam tersebut, suasana masih gelap dan, meski di dekat pantai, udara masih dingin. Dipilihnya waktu pagi tersebut selain karena pada jam tersebut lumba-lumba senang keluar juga karena kita bisa menikmati matahari terbit dari tengah laut.

Perahu yang kita tumpangi berukuran sangat ramping. Lebarnya tak lebih dari satu meter dan panjang sekitar 10 m. Tiap perahu berisi maksimal empat penumpang dan satu kapten perahu dimana tiap orang duduk di atas kayu kecil melintang di tubuh perahu. Mendorong perahu ke laut sebelum ditumpangi bisa jadi cara bagus untuk melepaskan energi dan melemaskan badan sebelum menikmati lumba-lumba. Maka, tidak usah ragu-ragu membantu kapten mendorong perahu.

Perjalanan dimulai. Perahu digerakkan mesin kecil yang membawa kita menuju ke tengah. Sebagai pengimbang, di kanan kiri perahu itu terdapat semacam sayap. Perahu pun melaju membelah air pantai Lovina yang begitu tenang. Di kakan kiri kita, beberapa perahu sejenis dengan dua sampai empat penumpang di dalamnya sedang menuju ke arah yang sama, tengah laut. Suasana masih remang-remang sedangkan di ufuk mulai terlihat semburat jingga pertanda matahari segera menyapa dunia.

Sekitar 2 km dari pantai, ufuk berwarna jingga semakin berubah merah. Namun matahari masih terhalang awan-awan hitam di kaki langit. Perahu-perahu tetap berkejaran seperti siluet karena semburat merah di latar belakang mereka. Lumba-lumba belum terlihat dan gelombang laut mulai terasa lebih besar dari sebelumnya. Perahu melaju perlahan setelah berjalan sekitar 15 menit. Kali ini haluannya berubah ke barat. Lumba-lumba belum juga ada yang terlihat. Perahu semakin banyak, hingga 50an. Lalu, ups, beberapa ekor lumba-lumba meloncat ke permukaan air. Kapal-kapal mengejar ke arah mana lumba-lumba itu berenang. Rombongan lumba-lumba lain terlihat di sisi lain. Kali ini lebih banyak, sekitar 4 ekor. Mereka meloncat ke permukaan air laut lalu kembali tenggelam. Kadang-kadang hanya sirip hitam mereka yang terlihat di permukaan air.

Semakin siang, rombongan ikan lumba-lumba semakin banyak terlihat. Kulit mereka terlihat licin mengkilat kena sinar matahari. Pagi itu mereka mengarah ke barat. Perahu-perahu pun menambah kecepatan melaju mengikuti rombongan binatang pintar tersebut. Jika Anda ingin mendapatkan gambar lumba-lumba yang bagus, sebaiknya kamera selalu dalam posisi siap jepret. Sebab gerakan ikan itu sangat cepat sehingga kadang-kadang ketika kita menjepret mereka ketika meloncat, kamera kita hanya menangkap ketika mereka sudah tenggelam. Juga sebaiknya gunakan kamera berkemampuan jarak jauh karena jarak antara ikan dengan perahu sekitar 5 meter. Akan lebih bagus lagi kalau Anda membawa handycam sehingga bisa merekan lumba-lumba itu dengan sempurna.

Ada kalanya rombongan lumba-lumba itu tidak muncul ke permukaan dalam waktu lama. Kalau sudah demikian, biasanya perahu-perahu yang mengejar itu pun berhenti atau hanya berputar-putar. Gelombang laut pun terasa lebih menggoncang perahu ramping kita. Ketika lumba-lumba itu muncul, kembali perahu digerakkan mengejar lumba-lumba. Turis-turis kembali berseru dan 50-an perahu seperti berlomba saling mendekati lumba-lumba. Toh, perahu-perahu itu saling mengerti, tanpa ada yang tabrakan meski saling mengejar. Hal ini bisa jadi hiburan tersendiri.

Sekitar 1,5 jam mengejar lumba-lumba, binatang laut itu semakin lama tidak muncul hingga akhirnya tinggal beberapa perahu yang masih bertahan menunggu, sisanya kembali. Sinar matahari juga mulai terasa menyengat meski masih pagi. Sebelum kembali ke daratan, kapten perahu biasanya menyuguhkan minuman teh hangat dan pisang goreng. Kita bisa menikmatinya sambil dipermainkan gelombang. Di daratan terlihat bebukitan menjadi pemandangan tersendiri. Hingga setelah puas minum teh hangat, perahu pun kembali ke pantai.

Selesai mengejar lumba-lumba, kita bisa kembali ke hotel dan menikmati sarapan di restoran lalu beristirahat. Namun ada pula turis yang hanya sarapan lalu kembali ke pantai. Kali ini untuk snorkling di Taman Laut Lovina yang berada sekitar 50 meter dari pantai ke arah laut. Untuk itu kita harus bayar lagi Rp 30.000 dan kita mendapat snorkle, sepatu katak (fin), dan baju pelampung. Di Taman Laut ini kita bisa melihat alam bawah laut Lovina. Meski jauh pesonanya dibandingkan Pulau Menjangan, Nusa Lembonga, atau yang lain, tidak ada salahnya kita menikmati. Sebab ikan-ikan tropisnya juga lumayan menarik. ketika kita lemparkan roti ke arah mereka,ikan-ikan itu akan saling mengejar roti tersebut. Selama sekitar satu jam kita bisa menikmati ikan-ikan dan karang laut Lovina.

Jika tidak terlalu tertarik untuk snorkling, kenapa tidak mencoba tempat-tempat menarik di Lovina. Tempat paling ramai di sepanjang Lovina adalah Lovina Centre yang masuk wilayah Desa Kalibukbuk. Di tempat ini terdapat monumen lumba-lumba sebagai tanda bahwa lumba-lumbalah daya tarik utama pantai berbatas laut jawa ini. Monumen lumba-lumba itu tingginya sekitar lima meter dengan seekor lumba-lumba di bagian atasnya. Di dasar monumen, empat ekor lumba-lumba lebih kecil mengelilingi monumen tersebut. Dengan latar belakang laut di sebelah utara, monumen ini bisa jadi latar belakang foto yang menarik. Tempat lainnya adalah Jl Ketapang Kalibukbuk yang berjarak sekitar 500 meter dari Lovina Centre. Tempat ini mirip tempat pertama tersebut namun tidak ada monumen lumba-lumbanya.

Setelah itu Anda bisa menyusuri pantai. Dengan pasir hitam, berjalan sepanjang pantai memang terasa sangat panas. Namun sepanjang pantai itu terdapat pohon ketapang dan waru yang bisa tempat istirahat dan berteduh. Ada pula beberapa bale kecil yang memudahkan kita duduk. Selain itu, ada pula trotoar untuk pejalan kaki sekitar 10 meter dari bibir pantai. sehingga kita juga menyusuri pantai di trotoar. Enaknya lagi, trotoar itu kadnag melewati restoran sehingga kalau lapar Anda tinggal berhenti dan menghilangkan haus di sana. Kawasan Lovina ini memang ditunjang oleh banyaknya fasilitas kepariwisataan di seperti kafe, akomodasi baik hotel berbintang, hotel melati, pondok wisata maupun homestay, restoran, artshop, travel agent, bahkan money changer. Harga hotel misalnya sangat bervasriasi antara Rp 60.000 per malam hingga Rp 500.000 per malam. Dengan harga murah tersebut, rata-rata tamu yang mengunjungi di Lovina memilih tinggal lama (long stay).

Posisi Lovina yang berada di jalur utama Gilimanuk-Singaraja memudahkan turis kalau ingin menikmati tempat lain. Biasanya hotel tempat kita menginap menawarkan beberapa paket perjalanan. Misalnya paket diving ke Pulau Menjangan, treking ke Taman Nasional Bali Barat (TNBB), atau perjalanan sehari ke Bedugul. Pilihan terakhir bisa jadi referensi. Selain menikmati perjalanan ke Bedugul yang berjarak sekitar 25 km dari Lovina, perjalanan balik biasanya melewati Banyuatis yang terkenal karena kopinya. Di tempat ini, selain bisa melihat tanaman kopi dan bagiamana selukbeluknya, kita juga bisa melihat proses pascapanen kopi hingga siap diminum. Anda bisa mencoba sendiri bila ke sana. Dari tempat inilah kopi bali yang ternama itu berasal. Perjalanan kembali dari Banyuatis ke Lovina akan melwati medan naik turun berkelok-kelok dengan latar belakang laut jawa dan Kota Singaraja nun jauh di bawah sana. Hingga sampailah kita di Lovina kembali.

Beranjak senja, semburat cahaya merah di ufuk barat juga mulai terlihat. Suasana di sekitar pantai juga mulai gelap karena sedikitnya lampu penerang. Maka tibalah waktunya untuk kembali ke hotel untuk mempersiapkan diri menyambut hiburan malam. kafe-kafe sepanjang Jl Hotel Puri Bagus dan Jl Binaria menyajikan suasana malam yang tidak jauh berbeda dengan Kuta. Bahkan di sini lebih nikmat karena lebih sepi dan kita masih bisa debur ombak perlahan sambil menikmati bir atau minuman penghangat lainnya.

Senin, 06 Juli 2009

Pariwisata Tirtha Gangga



Sejarah:
Tirtagangga dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Taman air ini dikonstruksi dalam arsitektur yang sangat unik dengan gaya Bali dan Cina.

Lokasi:
Tirtagangga terletak di Desa Ababi, Kecamatan Abang-sekitar 83 km dari Denpasar dan 6 km dari Amlapura ke utara.

Fasilitas:
Fasilitas yang tersedia di daerah ini antara lain hotel-hotel kecil, restoran-restoran kecil, dan warung-warung serta areal parkir yang luas.

Deskripsi:
Tirtagangga terletang pada daerah 1,2 hektar yang terdiri atas tiga kompleks. Kompleks pertama yakni pada bagian paling bawah dapat ditemukan dua kolam teratati dan air mancur. Kompleks kedua adalah bagian tengah dimana dapat ditemukan kolam renang; sementara, pada bagian ketiga, yakni kompleks ketiga, kita dapat menemukan tempat peristirahatan raja.

Sebelum konstruksi Tirtagangga, terdapat sumber mata air besar di daerah ini; sehingga masyarakat setempat menyebut daerah ini “embukan” yang artinya mata air.

Mata air itu kemudian difungsikan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan air dan juga sebagai “pemurnian” dari para Dewa. Untuk tujuan ini, mata air ini dianggap suci dan sacral.

Aspek religius dalam mengkonstruksi Tirtaganga untuk rumah istirahat raja dan juga untuk fungsi umum layak untuk disaksikan.

Pariwisata Kintamani, Keindahan Gunung, Danau Batur



Di daerah pegunungan sekitar Kintamani, terdapat Gunung Batur dengan danau kawah yang dalam dan mata air panas alami yang ada di Toyabungkah. Udara pegunungan yang sejuk disertai pemandangan ke seluruh arah, sama indahnya dengan keberadaan beberapa pura penting, yang telah membuat Kintamani menjadi salah satu tempat yang tidak terlupakan dalam agenda wisatawan Bali.

Gunung Batur adalah salah satu gunung berapi kecil, namun letaknya berada di tengah-tengah kawah besar berdiameter 14 Km. Selain itu, Gunung Batur bersebelahan dengan Danau Batur yang berbentuk sabit yang dikelilingi tembok tinggi pinggiran kawah. Ukuran kecuraman kawah akan membuat Anda membayangkan letusan dahsyat dari Gunung Batur yang terjadi sepuluh ribu tahun yang lalu.

Gunung Batur Kintamani Bali saat ini masih aktif sampai sekarang seperti penduduk Bali yang masih mengingat letusan yang terjadi pada tahun 1917 tersebut dimana letusan tersebut telah mengambil ribuan nyawa dan menghancurkan ratusan rumah penduduk Desa Batur Tua yang berada di dasar kaldera Batur. Selajutnya masyarakat yang masih hidup akhirnya mengungsi ke Desa Batur yang sekarang (Kalangayar, yang berarti tempat yang baru.) Pura Ulundanu Batur yang sebelumnya juga berada di dasar kaldera di sebelah selatan Gunung Batur turut dipindahkan ke tempatnya yang sekarang.

Pesona yang ditawarkan disini lebih banyak kepada wisata pemandangan alam. Pemandangan alamnya yang berupa kombinasi pemandangan Danau Batur dan Gunung Batur yang berdiri di tengah-tengah kaldera membuat daerah ini menjadi salah satu tujuan wisata paling favorit di Bali

Jika anda mempunyai waktu lebih dan suka petualangan atau fotografi, ada baiknya anda menginap di daerah sekitar Gunung Batur untuk kemudian besoknya melakukan pendakian Gunung Batur atau kaldera Batur di sebelah timur Gunung Batur sambil menikmati indahnya matahari terbit yang muncul dari balik Gunung Rinjani di Lombok.

Obyek wisata Kintamani dapat dicapai sekitar 2 jam perjalanan dari Denpasar atau Kuta. Bisa juga anda lewati ketika Anda ingin berwisata ke Lovina.

Penginapan
Terdapat beberapa tempat penginapan mulai dari hotel berbintang sampai dengan jenis home stay di Kintamani. Anda dapat memilih salah satunya untuk menginap sesuai dengan budget Anda. Salah satu penginapan yang cukup baik di sekitar Kintamani adalah Penginapan Lakeside Cottages dan Under the Volcano II, yang berlokasi di Toyabungkah.

Restoran
Di Penelokan (tempat melihat-lihat), terdapat beberapa restoran, dimana Anda dapat beristirahat dan mendapatkan menyantap makanan yang sesuai dengan selera Anda.

Oleh-oleh khas Kintamani.
Kintamani terkenal dengan mascot jeruknya. Jeruk bias menjadi alternative oleh-oleh ketika Anda mengunjungi Kintamani. Tapi banyak juga bertebaran took-toko souvenir sepanjang perjalan Denpasar-Kintamani terutama yang melewati jalur Tampaksiring.

Apa yang menarik di Kintamani??

Wisata Trekking & Hiking di Gunung Batur atau Kaldera Batur

Jika anda punya waktu cukup dan suka petualangan kecil, ada baiknya anda menyempatkan diri menginap satu hari di Toya Bungkah untuk selajutnya mendaki ke puncak Gunung Batur untuk melihat matahari terbit. Anda dapat melakukan trekking ini dengan cara meminta pada sebuah kelompok guide lokal atau pelayanan wisatawan yang terdapat disana. Baca juga disini untuk artikel tentang wisata trekking Kalder Batur

Mengunjungi wisata kuburan Desa Trunyan
Desa Trunyan, merupakan salah satu Desa Tua, sering juga disebut Bali Aga atau Bali Mula. Masyarakat Desa Trunyan masih sangat memegang kuat tradisinya, terutama tradisi penguburan mayat. Penguburan mayat di Trunyan tidak dilakukan sebagaimana layaknya masyarakat di daerah lain menguburkan mayat. Mayat-mayat disana cuma dibungkus kain kafan selajutnya ditaruh di atas tanah dengan dikelilingi oleh “ancak saji” anyaman dari bamboo yang dibentuk sedemikian rupa, kemudian dipancangkan di sekeliling mayat. Hal yang unik adalah, meski mayat tidak ditanam dalam tanah, namun tidak mengeluarkan bau sedikit pun. Masyarakat percaya, bahwa bau mayat itu dinetralisir oleh pohon taru menyan yang tumbuh besar di areal pemakaman Desa Trunyan.
Menurut cerita masyarakat, jaman dahulu kala mayat sengaja tidak ditanam untuk menghalangi bau pohon taru menyan yang konon menyebar sampai ke Jawa. Karena raja yang berkuasa di Trunyan pada waktu itu takut daerahnya diserang lantaran harumnya pohon taru menyan, maka beliau berinisiatif menetralisir bau kelewat harum itu dengan tidak mengubur mayat masyarakat yang meniggal. Akhirnya sampai sekarang tradisi itu masih dipegang teguh oleh masyarakat.

Menikmati air panas alami di Toyabungkah

Toya Bungkah merupakan salah satu kawasan yang mempunyai air panas alami di Bali. Sampai-sampai pujangga sekaliber Sutan Takdir Alisjahbana mendirikan sebuah rumah yang selajutnya dipakai ajang seni oleh masyarakat sekitarnya pada tahun 70-80an. Ada dua macam air panas di sana, yang pertama dikelola oleh Yayasan milik Desa Adat Batur, sedangkan yang satu lagi dikelola oleh perusahaan. Ada baiknya anda coba air panas ini, karena dengan suhu yang mencapai 30-45 derajat air panas Toyabungkah dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit.

Mengunjungi Pura Ulundanun Batur
Pura Ulun Danu Batur, letaknya dekat dengan Desa Batur. Ini adalah pura terpenting setelah Besakih. Pura Batur merupakan salah satu pura Kahyangan Jagat, yaitu pura-pura terpenting di Pulau Bali. Sangat baik dikunjungi setiap waktu sepanjang tahun, khususnya selama Odalan, yang biasa terjadi pada Bulan Maret namun tergantung pada bulan purnama, dimana didedikasikan pada Dewi Danu. Danau Batur dipercaya sebagai sumber irigasi seluruh pulau Bali.

Rabu, 01 Juli 2009

Pariwisata Candi Mendut



Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.

Masa pembuatan
Patung Buddha di dalam candi Mendut
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Arsitektur candi
Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah.
Tinggi bangunan adalah 26,4 meter.

Hiasan pada candi Mendut
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka.
Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapāṇi dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari, Harītī (seorang yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan Āţawaka.
Di dalam induk candi terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga: yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan (mudra) dharmacakramudra. Di depan arca Buddha terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi. Sekarang di depan arca Buddha diletakkan hio-hio dan keranjang untuk menyumbang. Para pengunjung bisa menyulut sebuah hio dan berdoa di sini.

Kronologi penemuan
• 1836 – Ditemukan dan dibersikan
• 1897 – 1904 kaki dan tubuh candi diperbaiki namun hasil kurang memuaskan.
• 1908 – Diperbaiki oleh Theodoor van Erp. Puncaknya dapat disusun kembali.
• 1925 – sejumlah stupa disusun kembali.